KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Macam-Macam Tes dan Non Tes Sebagai Alat
Evaluasi Hasil Belajar”. Kami menyusun
makalah ini untuk membuka Pengetahuan Mahasiswa yang nantinya sebagai Tenaga Pendidik dalam Mengevaluasi
Hasil Belajar tehadap peserta didik. Kami berterima kasih
kepada dosen mata kuliah Instrumen Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang diharapkan.
Semoga makalah sederhana
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekirannya makalah yang telah
disususn ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah
2. Rumusan
Masalah
3. Tujuan
Penulisan Makalah
BAB
II PEMBAHASAN
A. Alat Evaluasi
B. Macam – Macam
Tes
C. Macam – Macam Non
Tes
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan dituntut untuk dapat mencetak insan yang bermartabat dan berkualitas, agar dapat meningaktkan taraf hidup bangsa. Berbagai perubahan telah dilakukan dalam dunia pendidikan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan tuntutan jaman. Untuk mengetahui apakah pendidikan yang telah dilaksana sudah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka perlu diadakanya suatu evaluasi dalam pendidikan. Untuk melakukan evaluasi maka evaluator harus menguasai teknik evaluasi. Teknik evaluasi adalah metode yang digunakan agar suatu tujuan evaluasi, yaitu menggali informasi tentang peserta didik dapat tercapai. Ada dua macam teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik tes non tes.
Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan dituntut untuk dapat mencetak insan yang bermartabat dan berkualitas, agar dapat meningaktkan taraf hidup bangsa. Berbagai perubahan telah dilakukan dalam dunia pendidikan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan tuntutan jaman. Untuk mengetahui apakah pendidikan yang telah dilaksana sudah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka perlu diadakanya suatu evaluasi dalam pendidikan. Untuk melakukan evaluasi maka evaluator harus menguasai teknik evaluasi. Teknik evaluasi adalah metode yang digunakan agar suatu tujuan evaluasi, yaitu menggali informasi tentang peserta didik dapat tercapai. Ada dua macam teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik tes non tes.
2. Rumusan
Masalah
Perumusan masalah yang penulis ambil dalam pembuatan makalah ini yaitu berdasarkan permasalahan yang kompleks dikalangan mahasiswa sebagai calon pendidik yang sedang membahas permasalahan tersebut. Untuk dapat memperjelas mengenai permasalahan yang dihadapi di atas penulis merumuskan masalah dalam makalah ini diantaranya sebagai berikut :
Perumusan masalah yang penulis ambil dalam pembuatan makalah ini yaitu berdasarkan permasalahan yang kompleks dikalangan mahasiswa sebagai calon pendidik yang sedang membahas permasalahan tersebut. Untuk dapat memperjelas mengenai permasalahan yang dihadapi di atas penulis merumuskan masalah dalam makalah ini diantaranya sebagai berikut :
A. Alat Evaluasi
B. Macam – Macam Tes
C. Macam – Macam Non
Tes
3. Tujuan
Penulisan Masalah
Beberapa tujuan yang melatar belakangi penulis
menyusun makalah tesebut diantaranya:
a. Mengetahi
pengertian evaluasi tes dan non tes.
b. Sebagai bahan
pembelajaran dan pengkajian bagi mahasiswa dan penulis dalam mengetahui
Macam-macam tes dan non tes dalam mengetahui evaluasi proses hasil belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. ALAT EVALUASI
Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “Instrumen”. Dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi.[1]
Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, dan oleh karena itu dikenal dengan teknik evaluasi. Seperti disebutkan diatas, ada dua teknik evaluasi, yaitu Teknik Tes dan Teknik Non Tes.
Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “Instrumen”. Dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi.[1]
Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, dan oleh karena itu dikenal dengan teknik evaluasi. Seperti disebutkan diatas, ada dua teknik evaluasi, yaitu Teknik Tes dan Teknik Non Tes.
B. MACAM – MACAM TES
1. Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan (= إمتحان).[2]
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan (= إمتحان).[2]
Jadi yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang
dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran
dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau
perintah-perintah (yang harus dikerjakan).
Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh,
maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang
berhubungan dengan tes ini :
-
Testing
Merupakan
saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat
pengambilan tes.
-
Testee
(Dalam
istilah Indonesia : tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur baik mengenai kemampuan, minat,
bakat, pencapaian, dan sebagainya.
-
Tester
(Dalam
istilah indonesia : Pencoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden.[3]
2. Ciri – Ciri
Tes yang Baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai
alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
·
Validitas
Sebelum mulai dengan penjelasan perlu kiranya
dipahami terlebih dahulu perbedaan arti istilah “validitas” dengan “valid”.
“Validitas merupakan sebuah kata benda, sedangkan “Valid” merupakan kata sifat.
Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit siswa atau guru mengatakan : “Tes ini
baik karena sudah validitas” jelas kalimat tersebut tidak tepat. Yang benar
adalah: “Tes ini sudah baik karena sudah valid”.
Sebuah Tes disebut valid apabila tes itu dapat
tepat mengukur apa yang hendak diukur. Walaupun istilah “tepat” belum dapat
mencangkup semua arti yang tersirat dalam kata “valid”, dan kata “tepat”
kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata
“tepat” dalam menerangkan kata “valid” dapat memperjelas apa yang dimaksud.
·
Reliabilitas
Kata Reliabilitas dalam bahasa Indonesia
diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata reliable
yang artinya dapat dipercaya. “Reliabilitas” merupakan kata benda, sedangkan
“reliabel” merupakan kata sifat atau keadaan.
Seorang dikatakan dapat dipercaya jika orang
tersebut selalu bicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke
waktu. Demikian pula halnya sebuah Tes. Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya
jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah Tes
dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu
yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (rangking)
yang sama dalam kelompoknya.
·
Objektivitas
Sebuah Tes dikatakan memiliki objektivitas
apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang
mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya.
· Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas
yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya,
mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya.[4]
·
Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah
bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal,
tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.[5]
3. Penggolongan
Tes
Sebagai
alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,
tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu
dilakukan.
a. Penggolongan
Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Perkembangan/Kemajuan Belajar Peserta Didik.
1) Tes Seleksi (al-Imtihan
al-Intikhabiy = الإمتحان الإنتخابى )
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah
“Ujian Saringan” atau “Ujian Masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka
penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon
peserta didik sekian banyak calon yang mengikuti tes.[6]
2) Tes Awal (al-Imtihan
al-Mabda’iy = )
Tes awal sering dikenal dengan istilah Pre-Test.
Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi
atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta
didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran
diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang
mudah-mudah.[7]
3) Tes Akhir (al-Imtihan
al-Niha’iy = الإمتحان النهائ )
Tes akhir sering dikenal dengan istilah Post-Test.
Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi
pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya
oleh para peserta didik.
4) Tes Diagnostik
(al-Imtihan al-Fahshiy = الإمتحان الفحصى)
Tes Diagnostik (diagnostik test) adalah
tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang
dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan
diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka
lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan (theraphy)
yang tepat.[8]
5) Tes Formatif (al-Imtihan
al-Yaumiy = ( الإمتحان اليومى
Tes Formatif (formative test) adalah tes
hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta
didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan)
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu
diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti
“bentuk”.[9]
6) Tes Sumatif (Imtihan
al-Nisf al-Sanawiy = الإمتحان النصف السنوى )
Tes sumatif (summaive test) adalah tes
hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran
selesai diberikan Di Sekolah, tes ini dikenal dengan istilah “Ulangan Umum”
atau “EBTA” (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya digunakan untuk
mengisi nilai rapor atau mengisi ijazah (STTB).
b. Penggolongan
Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang ingin Diungkap
1) Tes
Intelegensi (intellegency test), yakni tes yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2) Tes Kemampuan
(aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3) Tes Sikap (attitude
test), yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek
tertentu.
4) Tes
Kepribadian (personality test), yakni tes yang dilaksanakan dengan
tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat
lahiriyah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau
kesenangan dan lain-lain.
5) Tes
Hasil Belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievement
test), yakni ted yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian
atau prestasi belajar.
c. Penggolongan
Lain-Lain
Ditilik dari segi banyaknya orang yang
mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1) Tes individual
(individual test), yakni tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu
orang testee saja, dan;
2) Tes Kelompok (group
test), yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang
testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi
testee untuk menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
:
1) Power
Test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan;
2) Speed Test,
yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1) Verbal Test,
yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk
ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis, dan;
2) Nonverbal
Test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa
ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku;
jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.
Akhirnya, apabila ditinjau dari segi cara
mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu :
1) Tes Tertulis (pencil
and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan
jawabannya juga secara tertulis.[10]
Tes
tulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
a. Tes
Obyektif (Tes Terstuktur), yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan
memilih jawaban yang sudah tersedia; sehingga peserta didik menampilkan
keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab
salah.[11] Contoh : Tes Benar-Salah (True-False),
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test), Soal Menjodohkan (Matching
Test) dan Tes Isian (Completion Test).[12]
b. Tes Subyektif
(Tes Uraian), Tes Subyektif sering disebut dengan tes uraian, tes ini peserta
didik memiliki kebebasan memilih dan menentukan jawaban. Kebebasan ini
berakibat data jawaban bervariasi; sehingga tingkat kebenaran dan tingkat
kesalahan juga menjadi bervariasi, hal inilah yang mengundang subyektivitas
penilai ikut berperan menentukan.[13]
2) Tes Lisan (nonpencil
and paper test), yakni tes dimana tester didalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee
memberikan jawabannya secara lisan pula.
C. MACAM – MACAM NON
TES
Dalam mengevaluasi Hasil Belajar Peserta didik
Tes bukanlah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab
masih ada teknik lainnya yang dapat dipergunakan, yaitu teknik Non Tes.
Dengan teknik Non Tes maka penilaian atau
evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta
didik, melainkan dilakukan dengan melakukan Pengamatan secara sistematis
(observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket
(questionnaire).
1. Pengamatan (Observation/
al- Ta-amul = التأمل )
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (=data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sasaran pengamatan.
2. Wawancar (Interview/
al-Hiwar = الحوار )
Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang
telah ditentukan. Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape
recorder (alat perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dapat dicatat dengan secara lebih lengkap.
3. Angket (Questionnaire/
Istifta = إستفتاء )
Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar
ranah afektif. Ia dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda (multiple
choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap.[14]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai tujuan intruksional. Kedua, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. Keempat, tes hasil belajar harus didasain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Keempat, tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Kelima, tes hasil balajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Saran
Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa evaluasi non tes juga sangat penting disamping evaluasi tes. Karena dapat dinilai sikap, afektif dan psikomotorik dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan dalam penyusunan dan pengembangan tes, serta tes disusun secara singkat dan jelas sehingga peserta didik dapat memahami soal tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudijono,
Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafinndo
Persada.
Sudaryono.
2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Thoha,
Chabib, M. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
[1] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : PT Bumi Aksara, Cetakan Ketiga : Oktober
2002) h 26.
[2] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafinndo Persada, Cetakan Kedua : November
1998 ) h 66.
[3] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : PT Bumi Aksara, Cetakan Ketiga : Oktober
2002) h 53.
[4] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : PT Bumi Aksara, Cetakan Ketiga : Oktober
2002) h 62.
[5] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : PT Bumi Aksara, Cetakan Ketiga : Oktober
2002) h 63.
[6] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafinndo Persada, Cetakan Kedua : November
1998 ) h 68.
[7] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafinndo Persada, Cetakan Kedua : November
1998 ) h 69.
[8] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafinndo Persada, Cetakan Kedua : November
1998 ) h 70.
[9] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafinndo Persada, Cetakan Kedua : November
1998 ) h 71.
[10] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafinndo Persada, Cetakan Kedua : November
1998 ) h 75.
[11] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan
( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Ketiga : Juli 1996) h 55.
[12] Ir. Sudaryono, M. Pd., Dasar-Dasar Evaluasi
Pembelajaran ( Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama 2012 ) h 118.
[13] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan
( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Ketiga : Juli 1996) h 55.
[14] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafinndo Persada, Cetakan Kedua : November
1998 ) h 85.
syukron
BalasHapus